MAKLUMAT PERSAUDARAAN SEJATI

Bismillahirrahmanirrahim

1. PTI MEMASUKI DAKWAH NASIONAL
2. PTI MELURUSKAN PEMAHAMAN BELADIRI YANG MENGANDUNG UNSUR SYIRIK DAN KHURAFAT
3. PTI MENJALANKAN PRINSIP PERSAUDARAAN MUSLIM DAN MENENTANG SIKAP MEMBID’AHKAN SESAMA MUSLIM

Segala puji bagi Allah Swt yang selalu memberikan kepada kita nikmat yang sangat luar biasa yaitu nikmat iman dan islam. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada suri teladan kita Nabi Muhammad Saw.

Tidak lupa salam kepada saudara kami, pembina dua aliran besar di Indonesia, Ust.Pupu dan akhi Habiburrahman yang merupakan bagian dari generasi terdahulu Thifan, yang pernah dibina langsung oleh sesepuh kita Ust.Marzdedeq.

Saat ini PTI sudah mendaftarkan diri ke kementrian pemuda dan olahraga itu berarti saat ini PTI memasuki dakwah yang lebih luas lingkupnya di masyarakat. Disamping itu globalisasi telah memberikan tantangan dakwah yang berat karena berbagai beladiri asing yang jauh dari nilai-nilai Islam terus berkembang di masyarakat.

Dalam rangka menghadapi tantangan-tantangan tersebut tamid PTI diwajibkan menjaga persaudaraan sesama tamid thifan apapun alirannya. Kita berikan apresiasi yang tinggi kepada saudara-saudara kita:
1. Ustazd Pupu yang tetap istiqomah menjaga metode latihan Thifan yang khas dengan metodenya yang keras untuk membangun muslim tangguh dan tahan banting. Kami sangat mengagumi teknik beliau, tetapi saat ini tamid kami belum bisa mengaplikasikannya karena pertimbangan kondisi fisik orang Indonesia pada umumnya.
2. Kepada akhina Habiburrahman. Bagaimanapun hampir 5 tahun kami berlatih kepada saudara Habiburrahman, kami sepakat seperti pada awal kami ikut mendirikan aliran Tsufuk bahwa tamid kita adalah saudara kita yang mempunyai hak akan ilmu beladiri yang dalam latihannya tetap harus memperhatikan kaidah medis dan anatomi tubuh, tetapi dengan modal ilmu yang kami pelajari selama ini, kami memiliki metode sendiri yang kami anggap tepat dan bisa memajukan Thifan di Indonesia

Yang terakhir PTI menghimbau kepada para tamid pendukung dakwah untuk menjauhi sikap jamaah yang mudah membid’ahkan saudara seiman. PTI memandang bahwa lahan dakwah dalam bidang olahraga beladiri masih luas, yang masih belum terbina jasadiyahnya dan belum terlepas dari tatacara beladiri di luar Islam lebih banyak dari yang telah bergabung di salah satu aliran Thifan. Itulah lahan dakwah kita. PTI SEJATI harus menjadi juru dakwah yang santun diterima disemua kalangan yang hanif.

Afwan Katsiron. Wallahu ‘alam bishowab

Sejarah Thifan Po Khan

" Kamu itu dididik untuk Islam dan demi Islam, jika kamu telah selesai kelak, camkanlah dalam lubuk hatimu bahwa ilmu yang terpegang itu bukan semata-mata milikmu ".

Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan China yang kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang, yang artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR. Najib Kailany). Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah China Utara.



Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni Sovyet. Sebelum Islam datang ke daerah ini, beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang dinamakan "kagrul", yang dipadukan dengan pengaturan napas Kampa.

Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam :
"Maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah China arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan kebudhaannya seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah."(ZHODAM, Syiharani, halaman 9).

Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", mengatakan sebagai berikut :
"Orang Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan Tai Tsung, kaisar kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di Kanton, yang kedua di kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang Chow. Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas, yang meletakkan batu-batu pertama mesjid Kanton yang terkenal sekarang sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan kepada Nabi"

Dituliskannya pula bahwa selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2 dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu menduduki Sin Kiang (Simak : Islam di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan Sejarah Da'wah Islam; Thomas W. Arnold).

Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang bernama Prof. Chin Yuan menyatakan bahwa orang-orang Islam mengirimkan utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-utusan itu bertemu dengan Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok pada waktu itu. Pada tahun 713 M. perbatasan barat Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama Qutaiba bin Muslim, pada waktu itu ia telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya sangat ditakuti.

Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan China, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti "Kepalan Tangan Bangsawan Thifan". Beladiri ini mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama Zhodam.

Pada awalnya ada sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba. Tersebutlah seorang pendeta Budha bernama Ponitorm/Tamo Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan, ia mengembara ke China untuk menyebarkan ajarannya.

Dalam pengembaraannya sampailah ia ke kawasan Liang yang diperintah oleh Raja Wu, karena terkena fitnah ia melarikan diri dan sampai di Bukit Kao, di sana ia merenung selama 9 tahun. Menyadari murid-muridnya sering mendapat gangguan, baik dari binatang buas, manusia, atau penyakit yang mengakibatkan kurang lancarnya misi penyebaran agama Budha, maka ia pun menyusun suatu rangkaian gerak pembelaan diri seperti tersebut di atas.

Campuran Kumfu China Purba dengan Kampahana Tinju Hindustan yang diatur dengan jalan pernapasan Yoga Dahtayana membentuk Shourim Kumfu/Shaolin Kungfu di wihara-wihara. Pengkajian beladiri ini disusun dalam Kitab I Zen Zang serta ilmu batinnya dalam Kitab Hzen Souzen. Sampai di sini ada kesamaan sejarah dengan beladiri lain seperti Shorinji Kempo, Karate, dan lain-lain, yang masih satu sumber.

Aliran Shourim terus berkembang ke arah utara China dan memasuki daerah orang Lama (Tibet) dan orang Wigu (Turkistan). Di sana aliran Shourim ini pun pecah menjadi berpuluh-puluh cabang. Setiap cabang pun berkembang dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran tersebut. Pecahnya Shourim menjadi berbagai macam aliran ini disebabkan Dinasti yang berkuasa tidak menyukai orang Shourim.

Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je'nan dari Suku Tayli yang pandai ilmu Syara dan terkenal sebagai ahund (ustadz atau guru) muda. Je'nan menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu dan ia pun berguru pada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim lain yang memiliki keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan (siasat para raja / bangsawan) .

Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran, aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan Po Khan. Pada masa itu pengaruh ajaran Islam sudah masuk ke dalam beladiri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar